Benarkah miskin dan kaya itu ujian ???


Untuk mengawali artikel ini, ada baiknya saya sampaikan kisah tiga orang Bani Israil yang di uji oleh Allah dengan harta. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Abu Hurairah serta di abadikan dalam kitab sahih al-Bukhari dan sahih muslim.

Ada tiga orang Bani israil, kata Rasullah, yang belang, yang botak, dan buta. Ketika Allah ingin menguji mereka, Allah mengutus seorang malaikat ( dalam bentuk manusia ). Maka, datanglah malaikat tersebut kepada orang yang belang sambil bertanya " Apakah yang kau inginkan ? "

Dia menjawab, " Kulit dan rupa yang bagus, serta hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang jijik kepada saya. Malaikat kemudian mengusapnya dan seketika itupun hilang penyakitnya serta berganti rupa dan kulit yang bagus. Dia kemudian ditanya lagi, " kekayaan apakah yang kau inginkan ? " " unta " jawabnya.

Dia kemudian diberikan satu onta yang bunting sambil di didoakan " Barakallahu laka fiha ( semoga Allah memberkahi kekayaanmu itu )." Malaikat tersebut kemudian mendatangi si botak dan bertanya, " Apa yang kau inginkan?" Dia menjawab, " Rambut yang bagus dan hilangkannya penyakit saya yang menyebabkan kehinaan dalam pandangan orang. " Malaikat kemudian mengusapnya dan seketika itu tumbuh rambut yang bagus.

Dia kemudian ditanya lagi, " Kini, kekayaan apa yang kau inginkan?" " Lembu, " jawabnya. Maka ia diberi satu lembu yang bunting dan didoakan,"Barakallahu laka fiha . Malaikat tersebut kemudian datang kepada si buta dan bertanya, " Apakah yang kau inginkan ?" Dia menjawab " Kembalinya penglihatanku supaya dapat melihat orang." Malaikat kemudian mengusapnya dan seketika matanya dapat melihat.

Dia ditanya lagi, " Kekayaan apa yang kau inginkan ?" " Kambing, " jawabnya. Maka ia diberi seekor kambing yang bunting sambil didoakan. Setelah beberapa tahun dan masing-masing telah mempunyai daerah tersendiri yang penuh dengan unta, lembu, atau kambing, datanglah malaikat tersebut kepada si belang dalam bentuk orang miskin seperti keadaan si belang, dahulu sebelum ia sembuh dan kaya. Malaikat tersebut bertanya, " Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalanan saya ini. Tiada yang dapat mengembalikan saya kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian bantuanmu. Saya meminta kepadamu, demi Zat yang memberi rupa dan kulit bagus, satu unta saja untuk meneruskan perjalanan ini.

Si belang menjawab, " Hak-hak orang masih banyak. Saya tidak dapat memberimu apa-apa." Malaikat itu berkata, " Saya seolah-olah pernah mengenal Anda, tidakkah Anda dulu orang yang belang, dijijiki orang, dan miskin kemudian Allah memberimu kekayaan?"
Si belang menjawab, " Aku telah mewarisi kekayaan ini dari orang tuaku."

Malaikat tersebut berkata, " Jika anda berdusta, semoga Allah mengembalikan keadaan anda sebagaimana dahulu." Malaikat tersebut kemudian pergi kepada si botak dengan menyamar seperti keadaan si botak dahulu dan berkata pula kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada si belang. Namun, malaikat tersebut mendapatkan jawaban seperti jawaban si belang hingga di doakan, " Jika anda berdusta, semoga Allah mengembalikan keadaan anda sebagaimana dahulu."

Malaikat tersebut kemudian datang kepada si buta dengan menyamar seperti keadaan si buta dahulu sewaktu masih miskin dan berkata, " Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalanan saya ini. Tiada yang dapat mengembalikan saya kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian bantuan Anda. Saya meminta kepadamu, demi Zat yang memberi pandangan mata Anda, saya kambing saja untuk meneruskan perjalanan saya ini.
Si buta menjawab, " Dahulu aku memang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Ambillah sesukamu. Aku tidak akan memberatkan sesuatu pun kepadamu yang kamu ambil karena Allah."

Malaikat tersebut menjawab, " Jagalah kekayaan Anda, sebenarnya Anda telah di uji, maka Allah telah ridha kepada anda dan murka kepada kedua teman anda itu. "

Kaya dan miskin adalah ujian. Demikian hadis di atas mengajarkan. Harta bukanlah ukuran kecintaan penghormatan Allah terhadap hamba-Nya. Tak punya harta juga bukan ukuran kebencian dan kemurkaan Allah terhadap hamba-Nya. Maka, sikap yang terbaik dari kita adalah bersyukur ketika Allah meluaskan Rezeki dan bersabar ketika Allah menyempitkan pintu rezeki. Sikap syukur dan sabar inilah yang menjadikan seseorang tetap istiqomah di jalan Allah dan meluluskannya dalam ujin ini.

Kategori

Kategori